Selasa, 30 Juni 2015

FF | Loyalty In Love Part 8 (END)

AUTOR : Avi Yeoja Elforever
GENRE : SAD-ROMANCE
                 HURT
                 ANGST
CAST    : SHIN HYUN HYO
                KIM YESUNG
                LEE DONGHAE
                OTHERS ~

LENGHT : CHAPTERED
RATING  : PG-17





Donghae yang masih dirundung rasa penasaran, akhirnya mengambil kertas itu. Matanya menyipit saat melihat tulisan tangan dikertas itu yang ia akui sangatlah buruk dan bahkan lebih buruk dari tulisan tangannya. Namun ia dapat membaca dengan jelas nama penulisnya yang berada dipojok kanan bawah kertas itu.
“Yesung hyung?” ucapnya.
 
 
~Happy Reading~
 
 
Dear Lee Donghae dan Istriku, Hyun Hyo
Ini pertama kalinya aku kembali menulis setelah hampir 4 tahun lamanya aku tidak memegang bolpoint ataupun pensil. Bukankah itu luar biasa?Aku yakin siapapun yang membaca tulisanku, pasti akan bingung isi dari surat ini. Mungkin siapapun kau yang membaca surat ini, bisa kupastikan surat ini adalah tulisan tangan terakhirku. Buruk? Ah aku minta maaf akan hal itu.
Hyun Hyo. Jika kau menemukan surat ini dan membacanya, aku ingin minta maaf padamu karena aku belum bisa membuatmu bahagia. Seharusnya aku sebagai kepala keluarga bisa mencarikanmu uang. Tapi nyatanya aku hanya bisa duduk dikursi roda dan berbaring saja tanpa melakukan apapun.
Aku sangat mencintaimu, Hyun-ie. Aku sangat beruntung karena bisa memiliki anae sepertimu meski aku yakin itu hanya kurasakan sebentar. Tapi setidaknya, aku masih sempat merasakan kasih sayang darimu. Oh ya, jika aku sewaktu-waktu akan pergi, jaga aegya kita ya. Maaf jika seumpama aku mengingkari janjiku tentang membesarkan aegya kita bersama. Aku juga tak ingin itu terjadi. Namun jika Tuhan akan mengambilku terlebih dahulu, aku pastikan bahwa aku akan tetap memantaunya dari alam sana.
Sebenarnya tulisan tanganku ini aku tujukan pada sahabat baik sekaligus dokter hebat yang menanganiku selama bertahun-tahun ini. Lee Donghae. Kuharap kau yang membaca surat ini pertama kali, Hae. Tapi saat kau menemukan surat ini, mungkin kau sudah tidak bisa melihatku lagi didunia yang sangat indah ini.
Hae-ah, aku minta maaf selama bertahun-tahun ini aku selalu membuatmu bingung karena penyakit brengsek ini. Atau bahkan kau mungkin sudah frustasi melihat keadaanku yang semakin memburuk ini. Ah aku benar-benar minta maaf padamu, Hae.
Ada hal lain yang ingin sekali kusampaikan langsung padamu, Hae. Tapi sayangnya aku hanya bisa menyampaikannya lewat tulisan ini saja. Aku tahu sampai saat ini kau masih mencintaiku istriku. Iya, kan? Dan karena itu, aku ingin meminta bantuan darimu. Tolong untuk jaga istriku dan aegyaku. Kau ingin membuatku bahagia, kan? Jika memang iya, menikahlah dengan Hyun Hyo. Jebal. Jika dia banyak berpikir, tunjukkan surat ini padanya agar ia tahu bahwa aku yang memintamu. Kumohon lakukanlah hal ini, Hae. Hanya kau satu-satunya namja yang kupercaya dapat menggantikan posisiku sebagai suami dari Hyun Hyo dan ayah dari aegyaku.
Baiklah mungkin hanya itu yang ingin kusampaikan. Tanganku ini sudah tidak bisa diajak untuk bekerjasama lagi. Sebelumnya kuucapkan terima kasih padamu, Hae. Sekali lagi terima kasih.

Salam

Yesung

Air mata Donghae mengalir dengan derasnya hingga sedikit membasahi secarik kertas itu. Digenggamnya erat kertas itu dengan air mata yang masih saja mengalir dikedua pipinya.
“Apa Hyun Hyo mau menikah denganku, Hyung?” gumamnya dengan menatap foto Yesung yang terpajang dikamar itu.

Kesepian kini tengah melanda yeoja yang baru saja resmi menjadi seorang ibu beberapa jam yang lalu itu. Ia terus memandang wajah tampan putra pertamanya itu yang kini sedang tertidur pulas disampingnya.
“Kau tampan sekali. Seandainya saja appamu melihatmu disini, pasti dia juga akan memujimu seperti eomma” ucapnya.

Kedua mata Hyun Hyo berpindah kearah pintu ruangannya yang terbuka dan menampilkan sosok Donghae disana. Ia terheran ketika melihat secarik kertas yang dibawa Donghae dan kedua mata Donghae yang bisa dikatakan sangat sembab. Apakah dia baru saja menangis? Itulah pertanyaan pertama yang muncul diotak Hyun Hyo.

“Kau kenapa, Oppa? Kau baru saja menangis? Tapi kenapa? Dan apa itu?” tanya Hyun Hyo beruntun saat Donghae mulai mendekat kearahnya.
“Kau baca saja ini” ucap Donghae dengan menyerahkan kertas yang sedikit basah itu pada Hyun Hyo. Dengan tangan bergetar, yeoja cantik itupun mulai meraih kertas itu.
“Apa ini?”
“Baca saja”

Genangan air langsung menggenang dipelupuk mata Hyun Hyo saat tertera namanya dikertas itu walau tak begitu jelas karena buruknya tulisan yang dituangkan disana. Ia tahu betul bahwa tulisan itu memang tulisan yang lahir dari tangan suaminya. Sama seperti yang dialami oleh Donghae, tetesan air mata Hyun Hyo semakin deras setelah membaca isi dari surat itu. Ia tak menyangka bahwa Yesung sempat menulis surat ini untuknya dan Donghae.

“Apa kau pernah tahu kapan Yesung hyung menulis itu?” tanya Donghae saat melihat Hyun Hyo yang selesai membaca isi surat mengharukan itu.
“Aniya. Aku sungguh tidak tahu kapan dia menulisnya” balas Hyun Hyo dengan menghapus air matanya. Donghae terdiam sejenak dengan sebuah beban yang terus melayang-layang diotaknya.

“Hyun-ie” Hyun Hyo menoleh. Donghae pun mengambil posisi duduk ditepi bed Hyun Hyo dan menatap yeoja yang saat ini tengah bersandar dikepala bednya itu.
“Apa kau ingin mewujudkan permintaan suamimu?” Hyun Hyo terdiam dan kembali mengingat sebuah kalimat disurat itu bahwa Yesung memintanya untuk menikah dengan Donghae. Dengan menghela napas panjang, ia pun menganggukkan kepalanya perlahan.
“Tapi jangan dalam waktu dekat ini” Donghae mengangguk.

Tak terasa sudah setengah tahun Yesung pergi dari dunia yang indah ini. Dan hari ini, Hyun Hyo akan segera kembali berperan sebagai seorang istri dari Lee Donghae. Sebuah pesta pernikahan kedua bagi Hyun Hyo telah digelar dengan sangat sederhana disebuah gereja yang sama dengan yang dia gunakan dalam pesta pernikahan pertamanya. Sebuah kenangan manis kembali berputar. Dulu ia berdiri dialtar bersama dengan Yesung. Namun kini ia harus kembali berdiri dialtar yang sama bersama dengan namja lain.

“Uljima” ucap Donghae dengan menghapus air mata Hyun Hyo yang jatuh dikedua pipinya.
“Aku akan menggantikan posisi Yesung hyung dengan sangat baik” tambahnya. Hyun Hyo hanya mengangguk pelan. Dengan penuh rasa cinta, Donghae pun perlahan mulai melekatkan bibirnya pada bibir yeoja itu.

Malam telah tiba. Cahaya bintang dan bulan nampak bekerja sama untuk menyinari bumi yang gelap dan dingin ini. Hembusan angin yang cukup kencang pun semakin melengkapi suasana malam diawal musim dingin pada tahun ini.

Suasana malam yang dingin dan gelap ini nampak hampir serupa dengan suasana hati Hyun Hyo. Saat ini, yeoja itu hanya terus terdiam dikamarnya yang dahulu ia tempati bersama Yesung namun kini ia tempati bersama dengan Donghae. Sejenak semua kenangan dikamar itu kembali berputar diotaknya. Diusapnya tempat yang biasa ditiduri oleh Yesung.

Selepas itu, kepalanya menoleh kearah kanannya yang terdapat sebuah bingkai foto kecil yang menampilkan foto dirinya bersama Yesung sewaktu pernikahan mereka. Diambilnya foto itu dan dipandangnya sejenak hingga ia berniat menyimpan foto itu dilaci yang ada dimeja kecil yang ada disana.

“Apa yang akan kau lakukan pada foto ini?” tanya Donghae dengan menahan tangan Hyun Hyo yang hendak memasukkan foto itu.
“Aku ingin menyimpannya saja dan menggantinya dengan foto kita” balas Hyun Hyo dengan menoleh kearah bingkai fotonya bersama Donghae yang sudah terletak ditempat yang sama dengan fotonya bersama Yesung.
“Kenapa begitu?” ucap Donghae dengan mengambil alih foto itu dari tangan Hyun Hyo dan meletakkannya disamping foto Donghae dan Hyun Hyo.
“Bukankah ini lebih baik, heum?” Hyun Hyo tersenyum sekilas.

“Kenapa kau melakukan itu?” Donghae perlahan mulai berjongkok didepan Hyun Hyo dan meraih kedua tangan istri barunya itu.
“Sampai kapanpun Yesung hyung juga suamimu dan appa dari Minhyun. Biarkan Minhyun tahu siapa appa kandungnya saat ia tumbuh nanti” air mata Hyun Hyo kembali menetes setelah mendengar penuturan yang keluar dari mulut Donghae.
“Kau tidak perlu menangis seperti ini. Yesung hyung pasti akan marah besar padaku kalau membiarkan istrinya yang cantik ini menangis” ucap Donghae dengan menghapus air mata Hyun Hyo.

Waktu memang berjalan sangat cepat. Tak terasa pernikahan Hyun Hyo dan Donghae sudah berjalan 20 tahun lamanya. Pernikahan mereka telah menghasilkan seorang gadis cantik bernama Lee Ji Hye. Gadis itu hanya selisih 3 tahun dari anak Hyun Hyo bersama Yesung, Minhyun.

Pagi ini cuaca sangat cerah. Namun cahaya matahari yang sudah bersinar terang terlihat belum mampu membuat namja muda nan tampan bernama Minhyun ini terbangun dari tidur pulasnya. Ia nampak masih setia dengan bantal, guling, dan selimutnya yang begitu nyaman baginya.

“Oppa ireona. Apa kau tidak merasakan silaunya sinar matahari, huh?” omel Ji Hye saat berusaha membangunkan kakak laki-lakinya.
“Ah kau mengganggu saja, Hye-ah” balas Minhyun dengan tetap menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Oppa, kau mau dimarahi eomma dan appa, huh? Mereka bahkan sudah menunggu diruang makan” ucap Ji Hye.
“Arraseo arraseo. Aku akan mandi sekarang” ucap Minhyun dengan turun dari bednya dengan mata setengah tertutup.

“Dimana oppamu, Hye-ah?” tanya Hyun Hyo saat melihat putri bungsunya menghampiri dirinya dan Donghae yang ada diruang makan.
“Masih mandi, eomma. Mungkin sebentar lagi dia akan menyusul kemari” balas Ji Hye dengan menarik sebuah kursi yang berada tepat disamping Hyun Hyo.

Lee Hyun Hyo. Yeoja yang memang sudah bermarga Lee sejak 20 tahun itu kini memang sudah berusia 46 tahun. Namun bukannya semakin terlihat tua, yeoja itu justru masih terlihat cantik seperti dulu. Tak berbeda jauh dengan istrinya, Donghae pun juga terlihat masih tampan seperti dulu dan hanya beberapa perubahan kecil diwajahnya.

“Selamat pagi” sapa Minhyun yang sudah terlihat rapi dengan mengenakan Sweater berwarna hitam miliknya.
“Hari ini kau tidak ada jam kuliah, kan?”
“Aniya, appa”
“Hari ini eomma dan appa mungkin akan pulang sedikit lebih lama karena jam praktek kami akan ditambah. Kau dirumah dan jaga baik-baik adikmu” ucap Donghae.
“Nde, appa”

Malam telah tiba. Angin pun terus berhembus dengan kencangnya dan menabrak kulit siapapun yang ada didepannya. Termasuk juga yeoja paruh baya yang masih saja terlihat cantik dimasa mudanya, Lee Hyun Hyo. Yeoja itu kini terlihat sedang mondar-mandir didepan rumahnya menunggu kepulangan putra sulungnya.

“Minhyun belum kembali?” tanya suaminya, Donghae.
“Belum, Oppa. Aku khawatir padanya. Dia tidak pernah pulang selarut ini saat keluar rumah” ucap Hyun Hyo dengan menoleh ke arah jam besar dirumahnya yang menunjukkan pukul 11 malam.
“Mungkin sebentar lagi ia kembali. Masuklah. Udara sangat dingin” Hyun Hyo mengangguk.

Sama halnya dengan ibunya, Ji Hye juga tengah khawatir pada kakak laki-lakinya. Tadi siang kakak laki-lakinya itu memang hanya mengatakan akan keluar rumah sebentar saja. Namun kenyataannya hingga malam tiba, Minhyun belum juga kembali dari kepergiannya.
‘Kemana Minhyun oppa? Aku tidak tega melihat eomma khawatir seperti itu’ ucapnya dalam hati seraya menatap ibunya yang sedari tadi belum bisa tenang.

Setelah hampir 30 menit menunggu, akhirnya knop pintu rumah itu terbuka dan sosok Minhyun pun telah kembali. Aneh. Tatanan rambutnya berantakan dan kedua matanya nampak sangat sembab. Baju yang dikenakan namja tampan itupun juga terlihat sudah kotor.  Hyun Hyo yang melihat itu lantas menghampiri anak laki-lakinya itu.

“Darimana saja kau, heum? Kau membuat eomma, appa dan yeodongsaengmu sangat khawatir. Lalu ada apa denganmu?” tanya Hyun Hyo dengan mengusap surai hitam milik Minhyun.
“Eomma tidak perlu tahu aku darimana” balasnya dengan tatapan kosong. Hyun Hyo hanya terdiam.

“Minhyun, jawab pertanyaan eommamu. Dia terus khawatir padamu. Kau tidak kasihan dengannya?” sahut Donghae.
“Diam!!” semua orang lantas terkejut saat mendengar Minhyun yang tiba-tiba saja membentak Donghae.
“Minhyun! Jangan kasar pada appa” ucap Hyun Hyo.
“Dia bukan appaku” ucap Minyun dengan menunjuk kearah Donghae.
“Dan margaku Kim bukan Lee” tambahnya. Anak muda itu lantas meninggalkan tempat dimana seluruh keluarganya berkumpul.

Donghae yang mendengar penuturan dari Minhyun memang merasakan sesuatu yang sakit didalam hatinya. Ia memang tahu bahwa ia bukanlah ayah kandung dari Minhyun.
“Oppa, maafkan perlakuan Minhyun. Aku akan bicara padanya” ucap Hyun Hyo.
“Hajima. Perkataannya itu memang benar” balas Donghae dengan sebuah senyuman dibibirnya.
“Memang, Oppa. Tapi dia keterlaluan” tanpa pikir panjang, Hyun hyo langsung menuju kekamar anak sulungnya itu.

Entah apa yang meracuni otak Minhyun malam ini sehingga ia berani membentak Donghae. Sepulang dari kepergiannya, namja itu memang terlihat sedang kacau. Berbagai spekulasi mengenai asal usul dirinya seakan sudah mengotori otaknya. Kini ia hanya bisa menangis dengan menatap foto Yesung yang ia simpan dilaci meja kamarnya.

“Minhyun?” Minhyun segera meletakkan foto itu dimejanya saat mendengar suara yeoja yang begitu ia kenal.
“Kau rindu appamu?” Minhyun terdiam dan menundukkan kepalanya. Dengan menghela napas panjang, Hyun Hyo pun mulai mengambil tempat tepat disamping putranya bersama Yesung itu.

“Apa kau sadar apa yang kau ucapkan tadi pada appamu?” tanya Hyun Hyo.
“Dia bukan appaku. Appaku hanyalah Yesung appa, Eomma” balas Minhyun dengan bangkit dari tempat duduknya.
“Eomma tahu appamu itu bernama Kim Yesung bukan Lee Donghae. Tapi sekarang berpikirlah jernih, Minhyun. Donghae appa itu nampyeon eomma. Dan apa kau lupa siapa yang menyayangimu seperti anaknya sendiri setelah appamu pergi? Nuguya? Donghae appa, kan?”

“Bahkan appamu sendiri yang menyuruh eomma untuk menikah dengan Donghae appa dan meminta untuk menggantikan posisinya sebagai nampyeon eomma dan sebagai appamu. Jika kau berbuat seperti ini pada Donghae appa, eomma sangat yakin Yesung appa pasti akan marah padamu” Minhyun terus saja terdiam dengan mengalihkan pandangannya.
“Yesung appa hanya ingin melihatmu bahagia dengan tidak merasa kekurangan kasih sayang orangtua yang lengkap. Apa kau ingin mengecewakan appamu, huh?” air mata Minhyun perlahan mulai turun akibat dari perkataan ibunya.
“Jujur eomma sangat kecewa padamu” ucap Hyun Hyo dengan berniat segera meninggalkan anaknya sendirian.

Suasana musim semi sudah mulai terasa. Hembusan angin yang masih sejuk seakan menjadi pembuka pada hari ini. Mataharipun terlihat masih malu-malu untuk memancarkan sinarnya ke bumi. Burung-burung kecil yang hinggap diranting-ranting pepohonan terlihat tengah asyik membunyikan suara mereka yang merdu untuk menyambut datangnya musim semi dipertengahan Maret ini.

Keceriaan burung-burung itu sedikit berbeda dengan apa yang terjadi dirumah mewah milik Hyun Hyo dan Donghae ini. Suasana disana nampak sangat dingin setelah kejadian memilukan yang dilakukan oleh Minhyun semalam. Minhyun yang menjadi tersangka utama dalam kasus dirumah itu belum juga terlihat keluar dari kamarnya.

Suasana yang sedikit hangat diruang makan lantas berubah menjadi sunyi senyap saat seorang namja yang turun dari lantai 2 dengan mengenakan sebuah t-shirt berwarna putih dan celana jeans menghampiri Hyun Hyo, Donghae, dan Ji Hye. Ya. Dialah Minhyun. Dengan kepala yang terus menunduk, ia memberanikan dirinya untuk berjalan mendekati keluarganya.

“Eomma, mianhaeyo” ucapnya.
“Eomma tidak butuh kata maafmu. Yang membutuhkannya itu Donghae appa” Donghae dan Ji Hye lantas menoleh kearah Hyun Hyo yang kedua matanya masih fokus ke gelas air minumnya. Sedangkan Minhyun masih terdiam ditempatnya dengan sesekali mencuri pandangannya kearah ibunya.

Akhirnya Minhyun dengan perasaan bersalah mulai berani mendekati Donghae yang duduk tepat menghadap kearahnya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera berjongkok didepan Donghae.
“Mianhaeyo, Appa. Aku memang tidak pantas berkata seperti semalam. Aku tidak menghormatimu sebagai appaku meski hanya appa tiriku. Aku tidak menghargaimu sebagai seseorang yang rela menggantikan posisi Yesung appa dalam kehidupanku dan juga kehidupan eomma. Jika tidak ada kau, pasti aku akan merasa kekurangan kasih sayang seorang appa dalam hidupku” Donghae hanya terus terdiam dengan mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut anak tirinya itu.
“Bangunlah, Mihyun-ie” ucap Donghae dengan menopang tubuh Minhyun.

“Kau tidak perlu sampai seperti ini. Appa memahami apa yang kau lakukan karena memang appa hanya meneruskan kewajiban appa kandungmu. Appa tidak pernah merasa marah bahkan benci padamu. Appa bisa memaklumi apa saja yang terjadi padamu jika menyangkut masalah ini. Tapi yang perlu kau ingat adalah jika kau merindukan appamu, kau boleh memeluk appa selama yang kau mau” Minhyun mengangguk pelan.
“Gamsahamnida, Appa” Donghae pun lantas mendekap Minhyun.

“Lantas, darimana saja kau kemarin?” sahut Hyun Hyo. Kedua namja itupun segera melepaskan dekapan mereka.
“Dari makam appa” balas Minhyun dengan suara yang ia minimalkan. Hyun Hyo sedikit tertegun setelah mendapatkan jawaban dari putranya.
“Aku merindukannya, Eomma. Jadi aku pergi kesana” tambahnya.

Perlahan Minhyun mulai mendekati ibunya yang saat itu masih terdiam ditempat duduknya dengan menundukkan kepalanya. Ia pun segera mendekap ibunya dari belakang dan menopangkan dagunya dibahu kiri Hyun Hyo seakan ingin menyalurkan kekuatannya begitu melihatnya menangis.
“Eomma uljima” Hyun Hyo lantas menghela napasnya berat. Bukan hanya Minhyun yang menyalurkan kekuatannya untuk Hyun Hyo. Donghae dan Ji Hye pun melakukan hal serupa berupa sebuah genggaman dikedua tangan Hyun Hyo.
“Oppa, nanti bisakah kita ke makam Yesung oppa? Sebentar saja” Donghae mengangguk.

Matahari terlihat lebih redup daripada tadi siang dan menandakan bahwa sore hari telah tiba. Sebuah keluarga yang beranggotakan 4 orang kini terlihat tengah berdiri menatap sendu kearah batu nisan yang bertuliskan nama “Kim Yesung” diatasnya. Hyun Hyo perlahan menurunkan tubuhnya untuk sekedar mengusap nisan itu yang memang sudah sedikit kusam karena memang nisan itu sudah ada disana sejak 20 tahun lalu.

“Sudah 20 tahun kau pergi, Oppa. Putramu sudah besar sekarang. Apa kau melihatnya? Dan apa kau tahu? Bahkan kau juga memiliki anak tiri yang sangat cantik bernama Ji Hye” Hyun Hyo menghentikan ucapannya sejenak.
“Donghae oppa sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, Oppa. Keputusanmu benar jika kau memintanya untuk menggantikan posisimu dalam kehidupan kami. Sekarang tenanglah disana tanpa harus memikirkan kami semua disini. Saranghaeyo” timpalnya dengan mengecup sekilas nisan itu.

“Nado saranghaeyo, Shin Hyun Hyo”



~The End~

Selasa, 23 Juni 2015

FF | Loyalty In Love Part 7

AUTOR : Avi Yeoja Elforever
GENRE : SAD-ROMANCE
                 HURT
                 ANGST
CAST    : SHIN HYUN HYO
                KIM YESUNG
                LEE DONGHAE
                OTHERS ~

LENGHT : CHAPTERED
RATING  : PG-17








Setelah ahjumma keluar dari kamar berdominasi warna putih itu, Hyun Hyo hanya tersenyum malu kearah Yesung yang kini juga menatapnya.
“Kau malu?” Hyun Hyo mengangguk.
“Kau tidak malu?” Yesung menggeleng pelan.
“Karena aku sudah lama tidak merasakan yang tadi” keduanya pun tertawa bersama.


~Happy Reading~

 


Hari tak terasa sudah semakin siang. Kegiatan di Rumah Sakit pun terhenti sejenak karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang yang menandakan waktunya untuk istirahat makan siang. Lee Donghae. Namja yang sedari tadi terus saja sibuk, kini terlihat berjalan menuju kesebuah ruangan dengan memasukkan kedua tangannya ke jas dokterya.

Langkahnya terhenti sejenak saat tiba didepan pintu sebuah ruangan yang terdapat sebuah papan kecil yang bertulisan “Shin Hyun Hyo”. Tangannya sedikit terangkat dan berniat membuka knop pintu ruangan itu namun kembali ia tarik lagi bahkan ia pun membalikkan tubuhnya dan hendak pergi darisana.
“Donghae oppa” ia terhenti saat suara lembut yang begitu ia kenali baru saja menyebut namanya. Ia pun segera membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Hyun Hyo tengah menghampirinya saat ini.

“Kenapa kau tidak jadi masuk keruanganku?” tanyanya.
“Aku hanya takut mengganggumu” Hyun Hyo tersenyum.
“Aniya, Oppa. Sekarang lebih baik kita ke kantin Rumah Sakit untuk mencari makan disana. Kajja” ucap Hyun Hyo dengan menarik tangan Donghae. Namja itu hanya dibuat diam olehnya.

Donghae terdiam sejenak saat melihat menu makanan yang ada dipiring teman baiknya itu. Ia melihat begitu dengan telitinya.
“Kau hanya akan makan daging? Mana sayurnya? Calon bayimu itu butuh nutrisi, Hyun-ie” ucap Donghae.
“Dirumah aku sudah dipaksa makan sayur oleh Yesung oppa. Aku bosan. Kau pasti tahu sendiri kalau aku tak begitu menyukai daun-daunan itu” baals Hyun Hyo.
“Kumohon, Oppa. Jangan adukan ini pada suamiku. Aku tidak mau dia marah” tambahnya. Donghae mengangguk pelan.
“Ah kau baik sekali” Donghae hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan yeoja itu yang terkadang tak jauh berbeda dengan anak berusia 5 tahun.

Kehidupan ini memang berjalan begitu cepat. Hari demi hari telah berlalu. Bulan demi bulan pun juga telah berlalu. Siang dan malam seakan sangat cepat silih berganti. Berbagai macam kehidupan pun juga silih berganti menghampiri setiap manusia. Begitupula dengan Hyun Hyo dan Yesung.

Keadaan Yesung semakin hari semakin memburuk. Mungkin ia memang terlihat masih seperti biasa. Namun belakangan ini ia sangat sering keluar masuk Rumah Sakit karena penyakit itu kini telah menyerang bagian paru-parunya yang menyebabkan ia terkadang menjadi sulit menghirup udara.

Namun dibalik kesengsaraannya itu, ia juga merasakan kebahagiaan. Perut Hyun Hyo yang dulu masih rata, kini terlihat sudah mengembang. Ia tahu betul bahwa ini sudah bulan terakhir bagi Hyun Hyo. Ia bahagia karena sebentar lagi ia akan melihat betapa lucunya anak yang ada didalam perut istrinya itu. Namun ia takut bahwa ia tak bisa membesarkan anak itu bersama Hyun Hyo.

Dan saat ini, pasangan manis itu terlihat tengah duduk disebuah kursi yang ada ditaman belakang rumah mereka. Hyun Hyo memang sudah mengambil cuti sejak sebulan lalu. Dan itu ia manfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama dengan Yesung. Dan namja bermata sipit itu kini nampak asik menempelkan satu tangannya diperut istrinya.
“Aku tidak sabar ingin segera melihatnya” ucapnya.
“Kau hanya perlu bersabar dan kau harus kuat menghadapi penyakitmu itu” balas Hyun Hyo.
“Sebisaku aku akan bertahan” Hyun Hyo tersenyum.

Malam ini, Yesung merasakan tak nyaman diseluruh badannya. Terlebih lagi dadanya terasa sangat sakit. Ia melirik kearah samping kirinya sejenak. Dilihatnya sang istri sudah tertidur pulas disana. Ada rasa tak tega dibenaknya untuk membangunkan yeoja itu. Dengan tenaganya, Yesung akhirnya berusaha untuk mengambil sendiri obatnya yang diletakkan Hyun Hyo dimeja kecil yang berada tepat disamping bed mereka.

Namun harus ia sadari bahwa kekuatannya saat ini tak seperti dulu. Ia gagal mengambil obat itu namun justru memecahkan gelas yang berada didekatnya. Sontak itu membuat yeoja yang tadinya tertidur pulas, kini telah membuka matanya.
“Oppa, waeyo?” Yesung tak menjawab dan hanya memukul-mukul pelan dadanya. Sadar keadaan suaminya yang sedang kambuh, Hyun Hyo langsung mencari ponselnya untuk menghubungi Donghae.

Ditempat berbeda tepatnya dirumah Lee Donghae, namja bermata sayu itu terlihat tengah tidur dengan pulasnya. Ia akhirnya menggeliat saat mendengar bunyi dari ponsel yang berada tak jauh darinya. Matanya yang awalnya masih menyipit, kini menjadi melebar saat mendapati nama Hyun Hyo dilayar ponselnya. Setelah mendengar apa saja yang dikatakan Hyun Hyo, Donghae dengan cepat segera menyambar sweater miliknya dan kunci mobilnya untuk segera pergi kerumah Hyun Hyo.

Tidak perlu waktu yang lama memang bagi Donghae tiba dirumah milik Hyun Hyo yang secara jalanan sangat sepi pada malam hari sehingga Donghae bisa memacu mobilnya cukup cepat. Ia sangat terkejut saat melihat keadaan Yesung yang sudah mulai memucat. Dengan cepat, ia segera mengangkat tubuh Yesung dan membawanya ke mobil untuk segera ditangani di Rumah Sakit.

Hyun Hyo sedari tadi hanya terus diam menyaksikan suaminya yang selalu mengerang kesakitan. Ia merasa gagal karena ia yang seorang dokter namun tak bisa berbuat banyak untuk suaminya sendiri. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah duduk terdiam untuk menunggu Donghae yang tengah memeriksa keadaan Yesung diruang ICU.
“Kau harus berdo’a agar appamu baik-baik saja dan bisa membesarkanmu bersama eomma” gumamnya dengan mengusap lembut perutnya.

“Hyun-ie” Hyun Hyo segera bangkit saat Donghae keluar dari ruangan ICU. Perasaan tak nyaman mulai dirasakan Hyun Hyo saat melihat ekpresi wajah Donghae yang menurutnya membawa kabar tak baik.
“Oppa, waeyo? Yesung oppa tidak apa-apa, kan?” Donghae hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya.
“Donghae oppa jawab aku” ucap Hyun Hyo dengan sedikit menggoyangkan tubuh Donghae.

Perlahan Donghae mulai mendongakkan kepalanya. Satu tangannya pun mulai menyentuh bahu yeoja yang kini tengah menatapnya penuh harap.
“Kondisinya semakin memburuk. Aku harus meminta bantuan dari dokter lainnya yang lebih ahli. Kau harus bisa lebih bersabar” Hyun Hyo mengangguk pelan.

Sesuai dengan perkataan Donghae, namja bermarga Lee itupun menghubungi seorang dokter yang lebih senior darinya dan pastinya lebih ahli dibidang yang sedang dialami oleh Yesung. Bertahun-tahun menjadi dokter, ia tak ingin mengecewakan pasiennya kali ini yang notabennya adalah salah satu sahabatnya juga.
‘Aku harus membantu Yesung hyung untuk sembuh’ ucapnya dalam hati.

Sedih. Itulah perasaan yang tengah dirasakan oleh Hyun Hyo. Hatinya sakit saat melihat Yesung harus terbaring lemah dengan wajah pucat dan juga banyak sekali alat dokter yang yang dipasangkan ditubuhnya. Sebuah pernyataan dari dokter yang tak lama tadi baru saja disampaikan padanya, telah membuat perasaannya sangat hancur.

“Suami anda bisa dikatakan sudah dalam tahap yang kronis, Dokter Shin. Dan bisa saya katakan pula, dia saat ini masih bisa bertahan hidup hanya karena bantuan alat-alat kedokteran ini saja. Apabila alat-alat itu dicabut, kemungkinan besar suami anda sudah kehilangan nyawanya. Jika boleh saya menyarankan, sebaiknya biarkan suami anda pergi daripada harus melihatnya tersiksa seperti itu”

Pernyataan mengerikan dari dokter yang menangani Yesung sungguh membuat Hyun Hyo merasakan sakit yang amat sangat dihatinya. Ia tak ingin kehilangan ayah dari calon bayi yang tengah dikandungnya itu. Namun disisi lain, ia tak dapat membohongi perasaannya jika ia sebenarnya memang kasihan melihat keadaan Yesung. Matanya memanas saat melihat keadaan namja yang telah menemaninya selama hampir 4 tahun ini.

“Oppa, apa yang harus aku lakukan padamu? Jika aku meminta dokter untuk mencabut semua alat-alat ini, itu sama saja aku membunuhmu. Aku tidak mau menghilangkan nyawa nampyeon sekaligus appa dari aegya kita, Oppa. Tapi aku juga tidak bisa melihatmu terus menerus seperti ini. Katakan padaku, Oppa. Apa yang harus aku lakukan?” ucap Hyun Hyo dengan banyaknya air mata yang menetes dipipinya. Ia terus saja menangis dengan menggenggam satu tangan Yesung yang terbebas dari infus.

Tanpa ia sadari, sepasang mata indah kini tengah menatapnya sangat sendu dibalik pintu ruangan Yesung. Ya. Lee Donghae. Kedua mata Donghae memanas saat melihat adegan itu. Bukan karena cemburu, namun karena melihat betapa setianya Hyun Hyo pada Yesung.
‘Baru kali ini aku merasa gagal dalam hal menangani pasien’ ucapnya dalam hati.

Siang ini, perasaan tak tenang dan perasaan bersalah akan menghinggapi Hyun Hyo. Laju langkahnya lunglai saat menuju keruangan seorang dokter baru yang menangani Yesung. Keringat dingin bahkan sudah membasahi baju yang tengah ia kenakan saat itu. Dengan ketegaran hati, ia pun segera membuka knop pintu ruangan dokter itu untuk membicarakan sesuatu.

“Uisa?”
“Ah Dokter Shin. Duduklah”
“Gamsahamnida, Uisa. Sebelumnya aku minta maaf karena menyita waktu anda” ucap Hyun Hyo.
“Nan gwenchana. Apakah anda sudah menentukan keputusan?” Hyun Hyo mengangguk pelan.
“Saya setuju. Cabut alat-alat itu”

“Apa yang kau katakan, Hyun-ie?” mereka berdua menoleh dan melihat Donghae yang masuk keruangan itu.
“Mianhaeyo, Uisa karena saya masuk tanpa permisi” dokter paruh baya itu mengangguk dan mempersilahkan Donghae untuk duduk disamping Hyun Hyo.
“Kami permisi dahulu, Uisa. Saya ingin bicara dengan Dokter Shin sebentar” tambahnya.
“Silahkan, Dokter Lee” dengan cepat Donghae membawa yeoja yang tengah bunting itu keluar.

“Tadi kau itu bicara apa? Kau ingin membunuh suamimu sendiri, huh?” tanya Donghae.
“Daripada melihat Yesung oppa tersiksa, lebih aku melihatnya tenang di alam yang lain, Oppa” balas Hyun Hyo.
“Tapi kau sudah memantapkan hatimu untuk itu?” Hyun Hyo mengangguk pelan. Donghae hanya bisa terdiam dan menghela napasnya berat.

Hari ini mungkin akan menjadi hari terburuk bagi Hyun Hyo. Hari ini, dokter akan mencabut seluruh alat kedokteran yang ada ditubuh Yesung. Entah kuat atau tidak tubuh Hyun Hyo untuk menopang badannya sendiri saat namja bermata sipit itu akan divonis meninggal dunia. Kali ini, ia hanya terdiam dengan melihat dokter dan beberapa suster mulai mengambil alat-alat itu dari tubuh suaminya. Air matanya menetes saat alat pendeteksi jantung milik Yesung hanya menampilkan garis lurus.

“Dokter Shin, anda sangat bijak dalam mengambil keputusan berat ini” ucap dokter itu dengan menepuk bahu kanan Hyun Hyo.
“Gamsahamnida, Uisa” dokter itu pun dan beberapa suster tadi akhirnya keluar dari ruangan itu.

Dengan ditemani Donghae, Hyun Hyo masih mematung ditempatnya dengan menggenggam satu tangan Yesung yang sudah mulai dingin. Wajahnya perlahan mulai berubah menjadi pucat pasi.
“Mianhae, Oppa. Mianhae” ucapnya dengan tetesan air matanya yang jatuh dan emmbasahi tangan Yesung.
“Kau sudah melakukan yang terbaik untuknya” ucap Donghae dengan menepuk kedua bahu Hyun Hyo yang sedikit bergetar.

Pemakaman. Sebuah acara yang mungkin akan menjadi acara yang paling tidak diminati dalam sebuah keluarga. Dalam acara itu, hanya akan ada suara jeritan dan tangisan dalam mengiringi kepergian seseorang yang akan beristirahat ditempat peristirahatannya yang terakhir.

Dan kesedihan pun telah menyelimuti Hyun Hyo. Ia tak sanggup melihat raga suaminya yang kini perlahan mulai dimasukkan ke tanah. Air mataya tak henti-hentinya untuk menangisi kepergian namja bermarga Kim itu. Terlebih lagi ia adalah ayah dari calon bayinya. Donghae yang ada disampingnya, hanya bisa terus terdiam dengan menggenggam erat tangan Hyun Hyo untuk sekedar menyalurkan rasa kuat dan tegar pada yeoja 26 tahun itu.

Hyun Hyo terus termenung ditempatnya dengan melihat nisan yang berada didepannya dengan jelas bertuliskan nama KIM YESUNG disana. Sepintas kembali terkenang semua kenangan indah bersama namja manis itu. Tawanya, senyumnya, candaannya bahkan hingga sentuhan tangannya. Semua itu kini hanyalah menjadi kenangan indah yang sudah ikut terkubur bersama dengan Yesung.
‘Aku akan menjaganya untukmu, Oppa’ ucap Hyun Hyo dalam hatinya dengan menundukkan kepalanya menatap perutnya yang sudah membesar.

Malam ini namja bernama lengkap Lee Donghae itu tengah terlihat sangat resah didepan ruang bersalin. Ya. Malam ini Hyun Hyo memang sudah berada di Rumah Sakit untuk melakukan proses persalinan setelah merasakan sakit yang teramat sangat setelah pulang dari tempat peristirahatan yang terakhir milik Yesung. Kedua mata Donghae terus menyempatkan untuk menatap pintu ruangan itu berharap dokter segera keluar dengan membawa kabar baik.

Setelah satu jam menunggu, akhirnya ia dapat menyandarkan kepalanya di dinding Rumah Sakit setelah dengan jelas mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan itu. Sebuah senyuman pun mulai menyungging dibibir tipisnya.
“”Eottokhe, Uisa?” tanya Donghae saat seorang dokter mulai keluar.
“Semuanya baik-baik saja. Bayinya tampan sekali” Donghae tersenyum.
“Gamsahamnida, Uisa” dokter itu tersenyum dan mengangguk.

Setelah dipindahkan keruang rawat inap, Donghae akhirnya dapat melihat keadaan Hyun Hyo dan putra pertamanya. Ia terus tersenyum saat melihat bayi berjenis kelamin laki-laki itu yang kini tengah berada disamping ibunya.
‘Bayimu sudah lahir, Hyung. Ia lahir setelah sehari kau pergi. Dan kau harus tahu, Hyung. Aegyamu tampan sekali. Sama sepertimu’ batin Donghae dengan genangan air dipelupuk matanya.

“Kau kenapa, Oppa?” Donghae dengan cepat mendongak agar air matanya tak jatuh ke pipinya.
“Nan gwenchana, Hyun-ie. Bayimu tampan sekali” ucapnya.
“Nde. Wajahnya sangat mirip dengan appanya” ucap Hyun Hyo dengan mengusap lembut pipi chubby milik bayinya.
“Kau sudah menyiapkan nama untuknya?” Hyun Hyo mengangguk.
“Kim Minhyun. Yesung oppa sangat ingin memberikan nama itu pada aegyanya” ucap yeoja cantik itu.

Persalinan yang mendadak ditambah dengan proses pemakaman Yesung tadi pagi, membuat Hyun Hyo tak sempat untuk menyiapkan segala keperluannya di Rumah Sakit. Dan Donghae pun mau tidak mau harus ke rumah mewah yeoja itu untuk mengambil keperluannya yang telah disiapkan oleh ahjumma dirumahnya.

“Apa hanya ini, Ahjumma?” tanya Donghae saat berada dikamar Hyun Hyo dan Yesung bersama dengan asisten rumah tangga yang bekerja disana.
“Iya, Tuan” Donghae mengangguk dan mulai menenteng tas berwarna hijau muda itu. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah kertas kecil yang berada dibawah salah satu bantal dibed itu.
“Ada apa, Tuan Lee?”
“Tidak ada apa-apa, Ahjumma” Ahjumma pun segera keluar darisana.

Donghae yang masih dirundung rasa penasaran, akhirnya mengambil kertas itu. Matanya menyipit saat melihat tulisan tangan dikertas itu yang ia akui sangatlah buruk dan bahkan lebih buruk dari tulisan tangannya. Namun ia dapat membaca dengan jelas nama penulisnya yang berada dipojok kanan bawah kertas itu.
“Yesung hyung?” ucapnya.


~To Be Continue~