Selasa, 23 Juni 2015

FF | Loyalty In Love Part 7

AUTOR : Avi Yeoja Elforever
GENRE : SAD-ROMANCE
                 HURT
                 ANGST
CAST    : SHIN HYUN HYO
                KIM YESUNG
                LEE DONGHAE
                OTHERS ~

LENGHT : CHAPTERED
RATING  : PG-17








Setelah ahjumma keluar dari kamar berdominasi warna putih itu, Hyun Hyo hanya tersenyum malu kearah Yesung yang kini juga menatapnya.
“Kau malu?” Hyun Hyo mengangguk.
“Kau tidak malu?” Yesung menggeleng pelan.
“Karena aku sudah lama tidak merasakan yang tadi” keduanya pun tertawa bersama.


~Happy Reading~

 


Hari tak terasa sudah semakin siang. Kegiatan di Rumah Sakit pun terhenti sejenak karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang yang menandakan waktunya untuk istirahat makan siang. Lee Donghae. Namja yang sedari tadi terus saja sibuk, kini terlihat berjalan menuju kesebuah ruangan dengan memasukkan kedua tangannya ke jas dokterya.

Langkahnya terhenti sejenak saat tiba didepan pintu sebuah ruangan yang terdapat sebuah papan kecil yang bertulisan “Shin Hyun Hyo”. Tangannya sedikit terangkat dan berniat membuka knop pintu ruangan itu namun kembali ia tarik lagi bahkan ia pun membalikkan tubuhnya dan hendak pergi darisana.
“Donghae oppa” ia terhenti saat suara lembut yang begitu ia kenali baru saja menyebut namanya. Ia pun segera membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Hyun Hyo tengah menghampirinya saat ini.

“Kenapa kau tidak jadi masuk keruanganku?” tanyanya.
“Aku hanya takut mengganggumu” Hyun Hyo tersenyum.
“Aniya, Oppa. Sekarang lebih baik kita ke kantin Rumah Sakit untuk mencari makan disana. Kajja” ucap Hyun Hyo dengan menarik tangan Donghae. Namja itu hanya dibuat diam olehnya.

Donghae terdiam sejenak saat melihat menu makanan yang ada dipiring teman baiknya itu. Ia melihat begitu dengan telitinya.
“Kau hanya akan makan daging? Mana sayurnya? Calon bayimu itu butuh nutrisi, Hyun-ie” ucap Donghae.
“Dirumah aku sudah dipaksa makan sayur oleh Yesung oppa. Aku bosan. Kau pasti tahu sendiri kalau aku tak begitu menyukai daun-daunan itu” baals Hyun Hyo.
“Kumohon, Oppa. Jangan adukan ini pada suamiku. Aku tidak mau dia marah” tambahnya. Donghae mengangguk pelan.
“Ah kau baik sekali” Donghae hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan yeoja itu yang terkadang tak jauh berbeda dengan anak berusia 5 tahun.

Kehidupan ini memang berjalan begitu cepat. Hari demi hari telah berlalu. Bulan demi bulan pun juga telah berlalu. Siang dan malam seakan sangat cepat silih berganti. Berbagai macam kehidupan pun juga silih berganti menghampiri setiap manusia. Begitupula dengan Hyun Hyo dan Yesung.

Keadaan Yesung semakin hari semakin memburuk. Mungkin ia memang terlihat masih seperti biasa. Namun belakangan ini ia sangat sering keluar masuk Rumah Sakit karena penyakit itu kini telah menyerang bagian paru-parunya yang menyebabkan ia terkadang menjadi sulit menghirup udara.

Namun dibalik kesengsaraannya itu, ia juga merasakan kebahagiaan. Perut Hyun Hyo yang dulu masih rata, kini terlihat sudah mengembang. Ia tahu betul bahwa ini sudah bulan terakhir bagi Hyun Hyo. Ia bahagia karena sebentar lagi ia akan melihat betapa lucunya anak yang ada didalam perut istrinya itu. Namun ia takut bahwa ia tak bisa membesarkan anak itu bersama Hyun Hyo.

Dan saat ini, pasangan manis itu terlihat tengah duduk disebuah kursi yang ada ditaman belakang rumah mereka. Hyun Hyo memang sudah mengambil cuti sejak sebulan lalu. Dan itu ia manfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama dengan Yesung. Dan namja bermata sipit itu kini nampak asik menempelkan satu tangannya diperut istrinya.
“Aku tidak sabar ingin segera melihatnya” ucapnya.
“Kau hanya perlu bersabar dan kau harus kuat menghadapi penyakitmu itu” balas Hyun Hyo.
“Sebisaku aku akan bertahan” Hyun Hyo tersenyum.

Malam ini, Yesung merasakan tak nyaman diseluruh badannya. Terlebih lagi dadanya terasa sangat sakit. Ia melirik kearah samping kirinya sejenak. Dilihatnya sang istri sudah tertidur pulas disana. Ada rasa tak tega dibenaknya untuk membangunkan yeoja itu. Dengan tenaganya, Yesung akhirnya berusaha untuk mengambil sendiri obatnya yang diletakkan Hyun Hyo dimeja kecil yang berada tepat disamping bed mereka.

Namun harus ia sadari bahwa kekuatannya saat ini tak seperti dulu. Ia gagal mengambil obat itu namun justru memecahkan gelas yang berada didekatnya. Sontak itu membuat yeoja yang tadinya tertidur pulas, kini telah membuka matanya.
“Oppa, waeyo?” Yesung tak menjawab dan hanya memukul-mukul pelan dadanya. Sadar keadaan suaminya yang sedang kambuh, Hyun Hyo langsung mencari ponselnya untuk menghubungi Donghae.

Ditempat berbeda tepatnya dirumah Lee Donghae, namja bermata sayu itu terlihat tengah tidur dengan pulasnya. Ia akhirnya menggeliat saat mendengar bunyi dari ponsel yang berada tak jauh darinya. Matanya yang awalnya masih menyipit, kini menjadi melebar saat mendapati nama Hyun Hyo dilayar ponselnya. Setelah mendengar apa saja yang dikatakan Hyun Hyo, Donghae dengan cepat segera menyambar sweater miliknya dan kunci mobilnya untuk segera pergi kerumah Hyun Hyo.

Tidak perlu waktu yang lama memang bagi Donghae tiba dirumah milik Hyun Hyo yang secara jalanan sangat sepi pada malam hari sehingga Donghae bisa memacu mobilnya cukup cepat. Ia sangat terkejut saat melihat keadaan Yesung yang sudah mulai memucat. Dengan cepat, ia segera mengangkat tubuh Yesung dan membawanya ke mobil untuk segera ditangani di Rumah Sakit.

Hyun Hyo sedari tadi hanya terus diam menyaksikan suaminya yang selalu mengerang kesakitan. Ia merasa gagal karena ia yang seorang dokter namun tak bisa berbuat banyak untuk suaminya sendiri. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah duduk terdiam untuk menunggu Donghae yang tengah memeriksa keadaan Yesung diruang ICU.
“Kau harus berdo’a agar appamu baik-baik saja dan bisa membesarkanmu bersama eomma” gumamnya dengan mengusap lembut perutnya.

“Hyun-ie” Hyun Hyo segera bangkit saat Donghae keluar dari ruangan ICU. Perasaan tak nyaman mulai dirasakan Hyun Hyo saat melihat ekpresi wajah Donghae yang menurutnya membawa kabar tak baik.
“Oppa, waeyo? Yesung oppa tidak apa-apa, kan?” Donghae hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya.
“Donghae oppa jawab aku” ucap Hyun Hyo dengan sedikit menggoyangkan tubuh Donghae.

Perlahan Donghae mulai mendongakkan kepalanya. Satu tangannya pun mulai menyentuh bahu yeoja yang kini tengah menatapnya penuh harap.
“Kondisinya semakin memburuk. Aku harus meminta bantuan dari dokter lainnya yang lebih ahli. Kau harus bisa lebih bersabar” Hyun Hyo mengangguk pelan.

Sesuai dengan perkataan Donghae, namja bermarga Lee itupun menghubungi seorang dokter yang lebih senior darinya dan pastinya lebih ahli dibidang yang sedang dialami oleh Yesung. Bertahun-tahun menjadi dokter, ia tak ingin mengecewakan pasiennya kali ini yang notabennya adalah salah satu sahabatnya juga.
‘Aku harus membantu Yesung hyung untuk sembuh’ ucapnya dalam hati.

Sedih. Itulah perasaan yang tengah dirasakan oleh Hyun Hyo. Hatinya sakit saat melihat Yesung harus terbaring lemah dengan wajah pucat dan juga banyak sekali alat dokter yang yang dipasangkan ditubuhnya. Sebuah pernyataan dari dokter yang tak lama tadi baru saja disampaikan padanya, telah membuat perasaannya sangat hancur.

“Suami anda bisa dikatakan sudah dalam tahap yang kronis, Dokter Shin. Dan bisa saya katakan pula, dia saat ini masih bisa bertahan hidup hanya karena bantuan alat-alat kedokteran ini saja. Apabila alat-alat itu dicabut, kemungkinan besar suami anda sudah kehilangan nyawanya. Jika boleh saya menyarankan, sebaiknya biarkan suami anda pergi daripada harus melihatnya tersiksa seperti itu”

Pernyataan mengerikan dari dokter yang menangani Yesung sungguh membuat Hyun Hyo merasakan sakit yang amat sangat dihatinya. Ia tak ingin kehilangan ayah dari calon bayi yang tengah dikandungnya itu. Namun disisi lain, ia tak dapat membohongi perasaannya jika ia sebenarnya memang kasihan melihat keadaan Yesung. Matanya memanas saat melihat keadaan namja yang telah menemaninya selama hampir 4 tahun ini.

“Oppa, apa yang harus aku lakukan padamu? Jika aku meminta dokter untuk mencabut semua alat-alat ini, itu sama saja aku membunuhmu. Aku tidak mau menghilangkan nyawa nampyeon sekaligus appa dari aegya kita, Oppa. Tapi aku juga tidak bisa melihatmu terus menerus seperti ini. Katakan padaku, Oppa. Apa yang harus aku lakukan?” ucap Hyun Hyo dengan banyaknya air mata yang menetes dipipinya. Ia terus saja menangis dengan menggenggam satu tangan Yesung yang terbebas dari infus.

Tanpa ia sadari, sepasang mata indah kini tengah menatapnya sangat sendu dibalik pintu ruangan Yesung. Ya. Lee Donghae. Kedua mata Donghae memanas saat melihat adegan itu. Bukan karena cemburu, namun karena melihat betapa setianya Hyun Hyo pada Yesung.
‘Baru kali ini aku merasa gagal dalam hal menangani pasien’ ucapnya dalam hati.

Siang ini, perasaan tak tenang dan perasaan bersalah akan menghinggapi Hyun Hyo. Laju langkahnya lunglai saat menuju keruangan seorang dokter baru yang menangani Yesung. Keringat dingin bahkan sudah membasahi baju yang tengah ia kenakan saat itu. Dengan ketegaran hati, ia pun segera membuka knop pintu ruangan dokter itu untuk membicarakan sesuatu.

“Uisa?”
“Ah Dokter Shin. Duduklah”
“Gamsahamnida, Uisa. Sebelumnya aku minta maaf karena menyita waktu anda” ucap Hyun Hyo.
“Nan gwenchana. Apakah anda sudah menentukan keputusan?” Hyun Hyo mengangguk pelan.
“Saya setuju. Cabut alat-alat itu”

“Apa yang kau katakan, Hyun-ie?” mereka berdua menoleh dan melihat Donghae yang masuk keruangan itu.
“Mianhaeyo, Uisa karena saya masuk tanpa permisi” dokter paruh baya itu mengangguk dan mempersilahkan Donghae untuk duduk disamping Hyun Hyo.
“Kami permisi dahulu, Uisa. Saya ingin bicara dengan Dokter Shin sebentar” tambahnya.
“Silahkan, Dokter Lee” dengan cepat Donghae membawa yeoja yang tengah bunting itu keluar.

“Tadi kau itu bicara apa? Kau ingin membunuh suamimu sendiri, huh?” tanya Donghae.
“Daripada melihat Yesung oppa tersiksa, lebih aku melihatnya tenang di alam yang lain, Oppa” balas Hyun Hyo.
“Tapi kau sudah memantapkan hatimu untuk itu?” Hyun Hyo mengangguk pelan. Donghae hanya bisa terdiam dan menghela napasnya berat.

Hari ini mungkin akan menjadi hari terburuk bagi Hyun Hyo. Hari ini, dokter akan mencabut seluruh alat kedokteran yang ada ditubuh Yesung. Entah kuat atau tidak tubuh Hyun Hyo untuk menopang badannya sendiri saat namja bermata sipit itu akan divonis meninggal dunia. Kali ini, ia hanya terdiam dengan melihat dokter dan beberapa suster mulai mengambil alat-alat itu dari tubuh suaminya. Air matanya menetes saat alat pendeteksi jantung milik Yesung hanya menampilkan garis lurus.

“Dokter Shin, anda sangat bijak dalam mengambil keputusan berat ini” ucap dokter itu dengan menepuk bahu kanan Hyun Hyo.
“Gamsahamnida, Uisa” dokter itu pun dan beberapa suster tadi akhirnya keluar dari ruangan itu.

Dengan ditemani Donghae, Hyun Hyo masih mematung ditempatnya dengan menggenggam satu tangan Yesung yang sudah mulai dingin. Wajahnya perlahan mulai berubah menjadi pucat pasi.
“Mianhae, Oppa. Mianhae” ucapnya dengan tetesan air matanya yang jatuh dan emmbasahi tangan Yesung.
“Kau sudah melakukan yang terbaik untuknya” ucap Donghae dengan menepuk kedua bahu Hyun Hyo yang sedikit bergetar.

Pemakaman. Sebuah acara yang mungkin akan menjadi acara yang paling tidak diminati dalam sebuah keluarga. Dalam acara itu, hanya akan ada suara jeritan dan tangisan dalam mengiringi kepergian seseorang yang akan beristirahat ditempat peristirahatannya yang terakhir.

Dan kesedihan pun telah menyelimuti Hyun Hyo. Ia tak sanggup melihat raga suaminya yang kini perlahan mulai dimasukkan ke tanah. Air mataya tak henti-hentinya untuk menangisi kepergian namja bermarga Kim itu. Terlebih lagi ia adalah ayah dari calon bayinya. Donghae yang ada disampingnya, hanya bisa terus terdiam dengan menggenggam erat tangan Hyun Hyo untuk sekedar menyalurkan rasa kuat dan tegar pada yeoja 26 tahun itu.

Hyun Hyo terus termenung ditempatnya dengan melihat nisan yang berada didepannya dengan jelas bertuliskan nama KIM YESUNG disana. Sepintas kembali terkenang semua kenangan indah bersama namja manis itu. Tawanya, senyumnya, candaannya bahkan hingga sentuhan tangannya. Semua itu kini hanyalah menjadi kenangan indah yang sudah ikut terkubur bersama dengan Yesung.
‘Aku akan menjaganya untukmu, Oppa’ ucap Hyun Hyo dalam hatinya dengan menundukkan kepalanya menatap perutnya yang sudah membesar.

Malam ini namja bernama lengkap Lee Donghae itu tengah terlihat sangat resah didepan ruang bersalin. Ya. Malam ini Hyun Hyo memang sudah berada di Rumah Sakit untuk melakukan proses persalinan setelah merasakan sakit yang teramat sangat setelah pulang dari tempat peristirahatan yang terakhir milik Yesung. Kedua mata Donghae terus menyempatkan untuk menatap pintu ruangan itu berharap dokter segera keluar dengan membawa kabar baik.

Setelah satu jam menunggu, akhirnya ia dapat menyandarkan kepalanya di dinding Rumah Sakit setelah dengan jelas mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan itu. Sebuah senyuman pun mulai menyungging dibibir tipisnya.
“”Eottokhe, Uisa?” tanya Donghae saat seorang dokter mulai keluar.
“Semuanya baik-baik saja. Bayinya tampan sekali” Donghae tersenyum.
“Gamsahamnida, Uisa” dokter itu tersenyum dan mengangguk.

Setelah dipindahkan keruang rawat inap, Donghae akhirnya dapat melihat keadaan Hyun Hyo dan putra pertamanya. Ia terus tersenyum saat melihat bayi berjenis kelamin laki-laki itu yang kini tengah berada disamping ibunya.
‘Bayimu sudah lahir, Hyung. Ia lahir setelah sehari kau pergi. Dan kau harus tahu, Hyung. Aegyamu tampan sekali. Sama sepertimu’ batin Donghae dengan genangan air dipelupuk matanya.

“Kau kenapa, Oppa?” Donghae dengan cepat mendongak agar air matanya tak jatuh ke pipinya.
“Nan gwenchana, Hyun-ie. Bayimu tampan sekali” ucapnya.
“Nde. Wajahnya sangat mirip dengan appanya” ucap Hyun Hyo dengan mengusap lembut pipi chubby milik bayinya.
“Kau sudah menyiapkan nama untuknya?” Hyun Hyo mengangguk.
“Kim Minhyun. Yesung oppa sangat ingin memberikan nama itu pada aegyanya” ucap yeoja cantik itu.

Persalinan yang mendadak ditambah dengan proses pemakaman Yesung tadi pagi, membuat Hyun Hyo tak sempat untuk menyiapkan segala keperluannya di Rumah Sakit. Dan Donghae pun mau tidak mau harus ke rumah mewah yeoja itu untuk mengambil keperluannya yang telah disiapkan oleh ahjumma dirumahnya.

“Apa hanya ini, Ahjumma?” tanya Donghae saat berada dikamar Hyun Hyo dan Yesung bersama dengan asisten rumah tangga yang bekerja disana.
“Iya, Tuan” Donghae mengangguk dan mulai menenteng tas berwarna hijau muda itu. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah kertas kecil yang berada dibawah salah satu bantal dibed itu.
“Ada apa, Tuan Lee?”
“Tidak ada apa-apa, Ahjumma” Ahjumma pun segera keluar darisana.

Donghae yang masih dirundung rasa penasaran, akhirnya mengambil kertas itu. Matanya menyipit saat melihat tulisan tangan dikertas itu yang ia akui sangatlah buruk dan bahkan lebih buruk dari tulisan tangannya. Namun ia dapat membaca dengan jelas nama penulisnya yang berada dipojok kanan bawah kertas itu.
“Yesung hyung?” ucapnya.


~To Be Continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar