GENRE : SAD-ROMANCE
HURT
ANGST
CAST : SHIN HYUN HYO
KIM YESUNG
LEE DONGHAE
OTHERS ~
LENGHT : CHAPTERED
RATING : PG-17
Setelah ahjumma keluar dari kamar
berdominasi warna putih itu, Hyun Hyo hanya tersenyum malu kearah Yesung yang
kini juga menatapnya.
“Kau malu?” Hyun Hyo mengangguk.
“Kau tidak malu?” Yesung menggeleng
pelan.
“Karena aku sudah lama tidak merasakan yang tadi”
keduanya pun tertawa bersama.~Happy Reading~
Hari tak terasa sudah semakin siang.
Kegiatan di Rumah Sakit pun terhenti sejenak karena jam sudah menunjukkan pukul
12 siang yang menandakan waktunya untuk istirahat makan siang. Lee Donghae.
Namja yang sedari tadi terus saja sibuk, kini terlihat berjalan menuju kesebuah
ruangan dengan memasukkan kedua tangannya ke jas dokterya.
Langkahnya terhenti sejenak saat
tiba didepan pintu sebuah ruangan yang terdapat sebuah papan kecil yang bertulisan
“Shin Hyun Hyo”. Tangannya sedikit terangkat dan berniat membuka knop pintu
ruangan itu namun kembali ia tarik lagi bahkan ia pun membalikkan tubuhnya dan
hendak pergi darisana.
“Donghae oppa” ia terhenti saat
suara lembut yang begitu ia kenali baru saja menyebut namanya. Ia pun segera
membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Hyun Hyo tengah menghampirinya saat ini.
“Kenapa kau tidak jadi masuk
keruanganku?” tanyanya.
“Aku hanya takut mengganggumu” Hyun
Hyo tersenyum.
“Aniya, Oppa. Sekarang lebih baik
kita ke kantin Rumah Sakit untuk mencari makan disana. Kajja” ucap Hyun Hyo
dengan menarik tangan Donghae. Namja itu hanya dibuat diam olehnya.
Donghae terdiam sejenak saat melihat
menu makanan yang ada dipiring teman baiknya itu. Ia melihat begitu dengan
telitinya.
“Kau hanya akan makan daging? Mana
sayurnya? Calon bayimu itu butuh nutrisi, Hyun-ie” ucap Donghae.
“Dirumah aku sudah dipaksa makan
sayur oleh Yesung oppa. Aku bosan. Kau pasti tahu sendiri kalau aku tak begitu
menyukai daun-daunan itu” baals Hyun Hyo.
“Kumohon, Oppa. Jangan adukan ini
pada suamiku. Aku tidak mau dia marah” tambahnya. Donghae mengangguk pelan.
“Ah kau baik sekali” Donghae hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan yeoja itu yang terkadang tak
jauh berbeda dengan anak berusia 5 tahun.
Kehidupan ini memang berjalan begitu
cepat. Hari demi hari telah berlalu. Bulan demi bulan pun juga telah berlalu.
Siang dan malam seakan sangat cepat silih berganti. Berbagai macam kehidupan
pun juga silih berganti menghampiri setiap manusia. Begitupula dengan Hyun Hyo
dan Yesung.
Keadaan Yesung semakin hari semakin
memburuk. Mungkin ia memang terlihat masih seperti biasa. Namun belakangan ini
ia sangat sering keluar masuk Rumah Sakit karena penyakit itu kini telah
menyerang bagian paru-parunya yang menyebabkan ia terkadang menjadi sulit
menghirup udara.
Namun dibalik kesengsaraannya itu,
ia juga merasakan kebahagiaan. Perut Hyun Hyo yang dulu masih rata, kini
terlihat sudah mengembang. Ia tahu betul bahwa ini sudah bulan terakhir bagi
Hyun Hyo. Ia bahagia karena sebentar lagi ia akan melihat betapa lucunya anak
yang ada didalam perut istrinya itu. Namun ia takut bahwa ia tak bisa
membesarkan anak itu bersama Hyun Hyo.
Dan saat ini, pasangan manis itu
terlihat tengah duduk disebuah kursi yang ada ditaman belakang rumah mereka.
Hyun Hyo memang sudah mengambil cuti sejak sebulan lalu. Dan itu ia manfaatkan
untuk menghabiskan waktu bersama dengan Yesung. Dan namja bermata sipit itu
kini nampak asik menempelkan satu tangannya diperut istrinya.
“Aku tidak sabar ingin segera
melihatnya” ucapnya.
“Kau hanya perlu bersabar dan kau
harus kuat menghadapi penyakitmu itu” balas Hyun Hyo.
“Sebisaku aku akan bertahan” Hyun
Hyo tersenyum.
Malam ini, Yesung merasakan tak
nyaman diseluruh badannya. Terlebih lagi dadanya terasa sangat sakit. Ia
melirik kearah samping kirinya sejenak. Dilihatnya sang istri sudah tertidur
pulas disana. Ada rasa tak tega dibenaknya untuk membangunkan yeoja itu. Dengan
tenaganya, Yesung akhirnya berusaha untuk mengambil sendiri obatnya yang
diletakkan Hyun Hyo dimeja kecil yang berada tepat disamping bed mereka.
Namun harus ia sadari bahwa
kekuatannya saat ini tak seperti dulu. Ia gagal mengambil obat itu namun justru
memecahkan gelas yang berada didekatnya. Sontak itu membuat yeoja yang tadinya
tertidur pulas, kini telah membuka matanya.
“Oppa, waeyo?” Yesung tak menjawab
dan hanya memukul-mukul pelan dadanya. Sadar keadaan suaminya yang sedang
kambuh, Hyun Hyo langsung mencari ponselnya untuk menghubungi Donghae.
Ditempat berbeda tepatnya dirumah
Lee Donghae, namja bermata sayu itu terlihat tengah tidur dengan pulasnya. Ia
akhirnya menggeliat saat mendengar bunyi dari ponsel yang berada tak jauh
darinya. Matanya yang awalnya masih menyipit, kini menjadi melebar saat
mendapati nama Hyun Hyo dilayar ponselnya. Setelah mendengar apa saja yang
dikatakan Hyun Hyo, Donghae dengan cepat segera menyambar sweater miliknya dan
kunci mobilnya untuk segera pergi kerumah Hyun Hyo.
Tidak perlu waktu yang lama memang
bagi Donghae tiba dirumah milik Hyun Hyo yang secara jalanan sangat sepi pada
malam hari sehingga Donghae bisa memacu mobilnya cukup cepat. Ia sangat
terkejut saat melihat keadaan Yesung yang sudah mulai memucat. Dengan cepat, ia
segera mengangkat tubuh Yesung dan membawanya ke mobil untuk segera ditangani
di Rumah Sakit.
Hyun Hyo sedari tadi hanya terus
diam menyaksikan suaminya yang selalu mengerang kesakitan. Ia merasa gagal
karena ia yang seorang dokter namun tak bisa berbuat banyak untuk suaminya sendiri.
Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah duduk terdiam untuk menunggu Donghae
yang tengah memeriksa keadaan Yesung diruang ICU.
“Kau harus berdo’a agar appamu
baik-baik saja dan bisa membesarkanmu bersama eomma” gumamnya dengan mengusap
lembut perutnya.
“Hyun-ie” Hyun Hyo segera bangkit
saat Donghae keluar dari ruangan ICU. Perasaan tak nyaman mulai dirasakan Hyun
Hyo saat melihat ekpresi wajah Donghae yang menurutnya membawa kabar tak baik.
“Oppa, waeyo? Yesung oppa tidak
apa-apa, kan?” Donghae hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya.
“Donghae oppa jawab aku” ucap Hyun
Hyo dengan sedikit menggoyangkan tubuh Donghae.
Perlahan Donghae mulai mendongakkan
kepalanya. Satu tangannya pun mulai menyentuh bahu yeoja yang kini tengah
menatapnya penuh harap.
“Kondisinya semakin memburuk. Aku
harus meminta bantuan dari dokter lainnya yang lebih ahli. Kau harus bisa lebih
bersabar” Hyun Hyo mengangguk pelan.
Sesuai dengan perkataan Donghae,
namja bermarga Lee itupun menghubungi seorang dokter yang lebih senior darinya
dan pastinya lebih ahli dibidang yang sedang dialami oleh Yesung.
Bertahun-tahun menjadi dokter, ia tak ingin mengecewakan pasiennya kali ini
yang notabennya adalah salah satu sahabatnya juga.
‘Aku harus membantu Yesung hyung
untuk sembuh’ ucapnya dalam hati.
Sedih. Itulah perasaan yang tengah
dirasakan oleh Hyun Hyo. Hatinya sakit saat melihat Yesung harus terbaring
lemah dengan wajah pucat dan juga banyak sekali alat dokter yang yang
dipasangkan ditubuhnya. Sebuah pernyataan dari dokter yang tak lama tadi baru
saja disampaikan padanya, telah membuat perasaannya sangat hancur.
“Suami anda bisa dikatakan sudah dalam tahap yang kronis, Dokter
Shin. Dan bisa saya katakan pula, dia saat ini masih bisa bertahan hidup hanya
karena bantuan alat-alat kedokteran ini saja. Apabila alat-alat itu dicabut,
kemungkinan besar suami anda sudah kehilangan nyawanya. Jika boleh saya
menyarankan, sebaiknya biarkan suami anda pergi daripada harus melihatnya
tersiksa seperti itu”
Pernyataan mengerikan dari dokter
yang menangani Yesung sungguh membuat Hyun Hyo merasakan sakit yang amat sangat
dihatinya. Ia tak ingin kehilangan ayah dari calon bayi yang tengah
dikandungnya itu. Namun disisi lain, ia tak dapat membohongi perasaannya jika
ia sebenarnya memang kasihan melihat keadaan Yesung. Matanya memanas saat
melihat keadaan namja yang telah menemaninya selama hampir 4 tahun ini.
“Oppa, apa yang harus aku lakukan
padamu? Jika aku meminta dokter untuk mencabut semua alat-alat ini, itu sama
saja aku membunuhmu. Aku tidak mau menghilangkan nyawa nampyeon sekaligus appa
dari aegya kita, Oppa. Tapi aku juga tidak bisa melihatmu terus menerus seperti
ini. Katakan padaku, Oppa. Apa yang harus aku lakukan?” ucap Hyun Hyo dengan
banyaknya air mata yang menetes dipipinya. Ia terus saja menangis dengan
menggenggam satu tangan Yesung yang terbebas dari infus.
Tanpa ia sadari, sepasang mata indah
kini tengah menatapnya sangat sendu dibalik pintu ruangan Yesung. Ya. Lee
Donghae. Kedua mata Donghae memanas saat melihat adegan itu. Bukan karena
cemburu, namun karena melihat betapa setianya Hyun Hyo pada Yesung.
‘Baru kali ini aku merasa gagal
dalam hal menangani pasien’ ucapnya dalam hati.
Siang ini, perasaan tak tenang dan
perasaan bersalah akan menghinggapi Hyun Hyo. Laju langkahnya lunglai saat
menuju keruangan seorang dokter baru yang menangani Yesung. Keringat dingin
bahkan sudah membasahi baju yang tengah ia kenakan saat itu. Dengan ketegaran
hati, ia pun segera membuka knop pintu ruangan dokter itu untuk membicarakan sesuatu.
“Uisa?”
“Ah Dokter Shin. Duduklah”
“Gamsahamnida, Uisa. Sebelumnya aku
minta maaf karena menyita waktu anda” ucap Hyun Hyo.
“Nan gwenchana. Apakah anda sudah
menentukan keputusan?” Hyun Hyo mengangguk pelan.
“Saya setuju. Cabut alat-alat itu”
“Apa yang kau katakan, Hyun-ie?”
mereka berdua menoleh dan melihat Donghae yang masuk keruangan itu.
“Mianhaeyo, Uisa karena saya masuk
tanpa permisi” dokter paruh baya itu mengangguk dan mempersilahkan Donghae
untuk duduk disamping Hyun Hyo.
“Kami permisi dahulu, Uisa. Saya
ingin bicara dengan Dokter Shin sebentar” tambahnya.
“Silahkan, Dokter Lee” dengan cepat
Donghae membawa yeoja yang tengah bunting itu keluar.
“Tadi kau itu bicara apa? Kau ingin
membunuh suamimu sendiri, huh?” tanya Donghae.
“Daripada melihat Yesung oppa
tersiksa, lebih aku melihatnya tenang di alam yang lain, Oppa” balas Hyun Hyo.
“Tapi kau sudah memantapkan hatimu
untuk itu?” Hyun Hyo mengangguk pelan. Donghae hanya bisa terdiam dan menghela
napasnya berat.
Hari ini mungkin akan menjadi hari
terburuk bagi Hyun Hyo. Hari ini, dokter akan mencabut seluruh alat kedokteran
yang ada ditubuh Yesung. Entah kuat atau tidak tubuh Hyun Hyo untuk menopang
badannya sendiri saat namja bermata sipit itu akan divonis meninggal dunia.
Kali ini, ia hanya terdiam dengan melihat dokter dan beberapa suster mulai
mengambil alat-alat itu dari tubuh suaminya. Air matanya menetes saat alat
pendeteksi jantung milik Yesung hanya menampilkan garis lurus.
“Dokter Shin, anda sangat bijak
dalam mengambil keputusan berat ini” ucap dokter itu dengan menepuk bahu kanan
Hyun Hyo.
“Gamsahamnida, Uisa” dokter itu pun
dan beberapa suster tadi akhirnya keluar dari ruangan itu.
Dengan ditemani Donghae, Hyun Hyo
masih mematung ditempatnya dengan menggenggam satu tangan Yesung yang sudah
mulai dingin. Wajahnya perlahan mulai berubah menjadi pucat pasi.
“Mianhae, Oppa. Mianhae” ucapnya
dengan tetesan air matanya yang jatuh dan emmbasahi tangan Yesung.
“Kau sudah melakukan yang terbaik
untuknya” ucap Donghae dengan menepuk kedua bahu Hyun Hyo yang sedikit
bergetar.
Pemakaman. Sebuah acara yang mungkin
akan menjadi acara yang paling tidak diminati dalam sebuah keluarga. Dalam
acara itu, hanya akan ada suara jeritan dan tangisan dalam mengiringi kepergian
seseorang yang akan beristirahat ditempat peristirahatannya yang terakhir.
Dan kesedihan pun telah menyelimuti
Hyun Hyo. Ia tak sanggup melihat raga suaminya yang kini perlahan mulai
dimasukkan ke tanah. Air mataya tak henti-hentinya untuk menangisi kepergian
namja bermarga Kim itu. Terlebih lagi ia adalah ayah dari calon bayinya. Donghae
yang ada disampingnya, hanya bisa terus terdiam dengan menggenggam erat tangan
Hyun Hyo untuk sekedar menyalurkan rasa kuat dan tegar pada yeoja 26 tahun itu.
Hyun Hyo terus termenung ditempatnya
dengan melihat nisan yang berada didepannya dengan jelas bertuliskan nama KIM
YESUNG disana. Sepintas kembali terkenang semua kenangan indah bersama namja
manis itu. Tawanya, senyumnya, candaannya bahkan hingga sentuhan tangannya.
Semua itu kini hanyalah menjadi kenangan indah yang sudah ikut terkubur bersama
dengan Yesung.
‘Aku akan menjaganya untukmu, Oppa’
ucap Hyun Hyo dalam hatinya dengan menundukkan kepalanya menatap perutnya yang
sudah membesar.
Malam ini namja bernama lengkap Lee
Donghae itu tengah terlihat sangat resah didepan ruang bersalin. Ya. Malam ini
Hyun Hyo memang sudah berada di Rumah Sakit untuk melakukan proses persalinan
setelah merasakan sakit yang teramat sangat setelah pulang dari tempat
peristirahatan yang terakhir milik Yesung. Kedua mata Donghae terus
menyempatkan untuk menatap pintu ruangan itu berharap dokter segera keluar
dengan membawa kabar baik.
Setelah satu jam menunggu, akhirnya
ia dapat menyandarkan kepalanya di dinding Rumah Sakit setelah dengan jelas
mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan itu. Sebuah senyuman pun mulai
menyungging dibibir tipisnya.
“”Eottokhe, Uisa?” tanya Donghae
saat seorang dokter mulai keluar.
“Semuanya baik-baik saja. Bayinya
tampan sekali” Donghae tersenyum.
“Gamsahamnida, Uisa” dokter itu
tersenyum dan mengangguk.
Setelah dipindahkan keruang rawat
inap, Donghae akhirnya dapat melihat keadaan Hyun Hyo dan putra pertamanya. Ia
terus tersenyum saat melihat bayi berjenis kelamin laki-laki itu yang kini
tengah berada disamping ibunya.
‘Bayimu sudah lahir, Hyung. Ia lahir
setelah sehari kau pergi. Dan kau harus tahu, Hyung. Aegyamu tampan sekali.
Sama sepertimu’ batin Donghae dengan genangan air dipelupuk matanya.
“Kau kenapa, Oppa?” Donghae dengan
cepat mendongak agar air matanya tak jatuh ke pipinya.
“Nan gwenchana, Hyun-ie. Bayimu
tampan sekali” ucapnya.
“Nde. Wajahnya sangat mirip dengan
appanya” ucap Hyun Hyo dengan mengusap lembut pipi chubby milik bayinya.
“Kau sudah menyiapkan nama
untuknya?” Hyun Hyo mengangguk.
“Kim Minhyun. Yesung oppa sangat
ingin memberikan nama itu pada aegyanya” ucap yeoja cantik itu.
Persalinan yang mendadak ditambah
dengan proses pemakaman Yesung tadi pagi, membuat Hyun Hyo tak sempat untuk
menyiapkan segala keperluannya di Rumah Sakit. Dan Donghae pun mau tidak mau
harus ke rumah mewah yeoja itu untuk mengambil keperluannya yang telah
disiapkan oleh ahjumma dirumahnya.
“Apa hanya ini, Ahjumma?” tanya
Donghae saat berada dikamar Hyun Hyo dan Yesung bersama dengan asisten rumah
tangga yang bekerja disana.
“Iya, Tuan” Donghae mengangguk dan
mulai menenteng tas berwarna hijau muda itu. Namun langkahnya terhenti saat
melihat sebuah kertas kecil yang berada dibawah salah satu bantal dibed itu.
“Ada apa, Tuan Lee?”
“Tidak ada apa-apa, Ahjumma” Ahjumma
pun segera keluar darisana.
Donghae yang masih dirundung rasa
penasaran, akhirnya mengambil kertas itu. Matanya menyipit saat melihat tulisan
tangan dikertas itu yang ia akui sangatlah buruk dan bahkan lebih buruk dari
tulisan tangannya. Namun ia dapat membaca dengan jelas nama penulisnya yang
berada dipojok kanan bawah kertas itu.
“Yesung hyung?” ucapnya.
~To Be Continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar