GENRE : SAD-ROMANCE
HURT
ANGST
CAST : SHIN HYUN HYO
KIM YESUNG
LEE DONGHAE
OTHERS ~
LENGHT : CHAPTERED
RATING : PG-17
Donghae yang masih dirundung rasa
penasaran, akhirnya mengambil kertas itu. Matanya menyipit saat melihat tulisan
tangan dikertas itu yang ia akui sangatlah buruk dan bahkan lebih buruk dari
tulisan tangannya. Namun ia dapat membaca dengan jelas nama penulisnya yang
berada dipojok kanan bawah kertas itu.
“Yesung hyung?” ucapnya.
~Happy Reading~
Dear Lee Donghae dan Istriku, Hyun Hyo
Ini pertama kalinya aku kembali menulis setelah hampir 4
tahun lamanya aku tidak memegang bolpoint ataupun pensil. Bukankah itu luar
biasa?Aku yakin siapapun yang membaca tulisanku, pasti akan bingung isi dari
surat ini. Mungkin siapapun kau yang membaca surat ini, bisa kupastikan surat
ini adalah tulisan tangan terakhirku. Buruk? Ah aku minta maaf akan hal itu.
Hyun Hyo. Jika kau menemukan surat ini dan membacanya, aku
ingin minta maaf padamu karena aku belum bisa membuatmu bahagia. Seharusnya aku
sebagai kepala keluarga bisa mencarikanmu uang. Tapi nyatanya aku hanya bisa
duduk dikursi roda dan berbaring saja tanpa melakukan apapun.
Aku sangat mencintaimu, Hyun-ie. Aku sangat beruntung karena
bisa memiliki anae sepertimu meski aku yakin itu hanya kurasakan sebentar. Tapi
setidaknya, aku masih sempat merasakan kasih sayang darimu. Oh ya, jika aku
sewaktu-waktu akan pergi, jaga aegya kita ya. Maaf jika seumpama aku
mengingkari janjiku tentang membesarkan aegya kita bersama. Aku juga tak ingin
itu terjadi. Namun jika Tuhan akan mengambilku terlebih dahulu, aku pastikan
bahwa aku akan tetap memantaunya dari alam sana.
Sebenarnya tulisan tanganku ini aku tujukan pada sahabat
baik sekaligus dokter hebat yang menanganiku selama bertahun-tahun ini. Lee
Donghae. Kuharap kau yang membaca surat ini pertama kali, Hae. Tapi saat kau
menemukan surat ini, mungkin kau sudah tidak bisa melihatku lagi didunia yang
sangat indah ini.
Hae-ah, aku minta maaf selama bertahun-tahun ini aku selalu
membuatmu bingung karena penyakit brengsek ini. Atau bahkan kau mungkin sudah
frustasi melihat keadaanku yang semakin memburuk ini. Ah aku benar-benar minta
maaf padamu, Hae.
Ada hal lain yang ingin sekali kusampaikan langsung padamu,
Hae. Tapi sayangnya aku hanya bisa menyampaikannya lewat tulisan ini saja. Aku
tahu sampai saat ini kau masih mencintaiku istriku. Iya, kan? Dan karena itu,
aku ingin meminta bantuan darimu. Tolong untuk jaga istriku dan aegyaku. Kau
ingin membuatku bahagia, kan? Jika memang iya, menikahlah dengan Hyun Hyo.
Jebal. Jika dia banyak berpikir, tunjukkan surat ini padanya agar ia tahu bahwa
aku yang memintamu. Kumohon lakukanlah hal ini, Hae. Hanya kau satu-satunya
namja yang kupercaya dapat menggantikan posisiku sebagai suami dari Hyun Hyo
dan ayah dari aegyaku.
Baiklah mungkin hanya itu yang ingin kusampaikan. Tanganku
ini sudah tidak bisa diajak untuk bekerjasama lagi. Sebelumnya kuucapkan terima
kasih padamu, Hae. Sekali lagi terima kasih.
Salam
Yesung
Air
mata Donghae mengalir dengan derasnya hingga sedikit membasahi secarik kertas
itu. Digenggamnya erat kertas itu dengan air mata yang masih saja mengalir
dikedua pipinya.
“Apa
Hyun Hyo mau menikah denganku, Hyung?” gumamnya dengan menatap foto Yesung yang
terpajang dikamar itu.
Kesepian
kini tengah melanda yeoja yang baru saja resmi menjadi seorang ibu beberapa jam
yang lalu itu. Ia terus memandang wajah tampan putra pertamanya itu yang kini
sedang tertidur pulas disampingnya.
“Kau
tampan sekali. Seandainya saja appamu melihatmu disini, pasti dia juga akan
memujimu seperti eomma” ucapnya.
Kedua
mata Hyun Hyo berpindah kearah pintu ruangannya yang terbuka dan menampilkan sosok
Donghae disana. Ia terheran ketika melihat secarik kertas yang dibawa Donghae
dan kedua mata Donghae yang bisa dikatakan sangat sembab. Apakah dia baru saja
menangis? Itulah pertanyaan pertama yang muncul diotak Hyun Hyo.
“Kau
kenapa, Oppa? Kau baru saja menangis? Tapi kenapa? Dan apa itu?” tanya Hyun Hyo
beruntun saat Donghae mulai mendekat kearahnya.
“Kau
baca saja ini” ucap Donghae dengan menyerahkan kertas yang sedikit basah itu
pada Hyun Hyo. Dengan tangan bergetar, yeoja cantik itupun mulai meraih kertas
itu.
“Apa
ini?”
“Baca
saja”
Genangan
air langsung menggenang dipelupuk mata Hyun Hyo saat tertera namanya dikertas
itu walau tak begitu jelas karena buruknya tulisan yang dituangkan disana. Ia
tahu betul bahwa tulisan itu memang tulisan yang lahir dari tangan suaminya.
Sama seperti yang dialami oleh Donghae, tetesan air mata Hyun Hyo semakin deras
setelah membaca isi dari surat itu. Ia tak menyangka bahwa Yesung sempat
menulis surat ini untuknya dan Donghae.
“Apa
kau pernah tahu kapan Yesung hyung menulis itu?” tanya Donghae saat melihat
Hyun Hyo yang selesai membaca isi surat mengharukan itu.
“Aniya.
Aku sungguh tidak tahu kapan dia menulisnya” balas Hyun Hyo dengan menghapus
air matanya. Donghae terdiam sejenak dengan sebuah beban yang terus melayang-layang
diotaknya.
“Hyun-ie”
Hyun Hyo menoleh. Donghae pun mengambil posisi duduk ditepi bed Hyun Hyo dan
menatap yeoja yang saat ini tengah bersandar dikepala bednya itu.
“Apa
kau ingin mewujudkan permintaan suamimu?” Hyun Hyo terdiam dan kembali mengingat
sebuah kalimat disurat itu bahwa Yesung memintanya untuk menikah dengan
Donghae. Dengan menghela napas panjang, ia pun menganggukkan kepalanya
perlahan.
“Tapi
jangan dalam waktu dekat ini” Donghae mengangguk.
Tak
terasa sudah setengah tahun Yesung pergi dari dunia yang indah ini. Dan hari
ini, Hyun Hyo akan segera kembali berperan sebagai seorang istri dari Lee
Donghae. Sebuah pesta pernikahan kedua bagi Hyun Hyo telah digelar dengan
sangat sederhana disebuah gereja yang sama dengan yang dia gunakan dalam pesta
pernikahan pertamanya. Sebuah kenangan manis kembali berputar. Dulu ia berdiri
dialtar bersama dengan Yesung. Namun kini ia harus kembali berdiri dialtar yang
sama bersama dengan namja lain.
“Uljima”
ucap Donghae dengan menghapus air mata Hyun Hyo yang jatuh dikedua pipinya.
“Aku
akan menggantikan posisi Yesung hyung dengan sangat baik” tambahnya. Hyun Hyo
hanya mengangguk pelan. Dengan penuh rasa cinta, Donghae pun perlahan mulai
melekatkan bibirnya pada bibir yeoja itu.
Malam
telah tiba. Cahaya bintang dan bulan nampak bekerja sama untuk menyinari bumi
yang gelap dan dingin ini. Hembusan angin yang cukup kencang pun semakin
melengkapi suasana malam diawal musim dingin pada tahun ini.
Suasana
malam yang dingin dan gelap ini nampak hampir serupa dengan suasana hati Hyun
Hyo. Saat ini, yeoja itu hanya terus terdiam dikamarnya yang dahulu ia tempati
bersama Yesung namun kini ia tempati bersama dengan Donghae. Sejenak semua
kenangan dikamar itu kembali berputar diotaknya. Diusapnya tempat yang biasa
ditiduri oleh Yesung.
Selepas
itu, kepalanya menoleh kearah kanannya yang terdapat sebuah bingkai foto kecil
yang menampilkan foto dirinya bersama Yesung sewaktu pernikahan mereka.
Diambilnya foto itu dan dipandangnya sejenak hingga ia berniat menyimpan foto
itu dilaci yang ada dimeja kecil yang ada disana.
“Apa
yang akan kau lakukan pada foto ini?” tanya Donghae dengan menahan tangan Hyun
Hyo yang hendak memasukkan foto itu.
“Aku
ingin menyimpannya saja dan menggantinya dengan foto kita” balas Hyun Hyo
dengan menoleh kearah bingkai fotonya bersama Donghae yang sudah terletak
ditempat yang sama dengan fotonya bersama Yesung.
“Kenapa
begitu?” ucap Donghae dengan mengambil alih foto itu dari tangan Hyun Hyo dan
meletakkannya disamping foto Donghae dan Hyun Hyo.
“Bukankah
ini lebih baik, heum?” Hyun Hyo tersenyum sekilas.
“Kenapa
kau melakukan itu?” Donghae perlahan mulai berjongkok didepan Hyun Hyo dan
meraih kedua tangan istri barunya itu.
“Sampai
kapanpun Yesung hyung juga suamimu dan appa dari Minhyun. Biarkan Minhyun tahu
siapa appa kandungnya saat ia tumbuh nanti” air mata Hyun Hyo kembali menetes
setelah mendengar penuturan yang keluar dari mulut Donghae.
“Kau
tidak perlu menangis seperti ini. Yesung hyung pasti akan marah besar padaku
kalau membiarkan istrinya yang cantik ini menangis” ucap Donghae dengan
menghapus air mata Hyun Hyo.
Waktu
memang berjalan sangat cepat. Tak terasa pernikahan Hyun Hyo dan Donghae sudah
berjalan 20 tahun lamanya. Pernikahan mereka telah menghasilkan seorang gadis
cantik bernama Lee Ji Hye. Gadis itu hanya selisih 3 tahun dari anak Hyun Hyo
bersama Yesung, Minhyun.
Pagi
ini cuaca sangat cerah. Namun cahaya matahari yang sudah bersinar terang terlihat
belum mampu membuat namja muda nan tampan bernama Minhyun ini terbangun dari
tidur pulasnya. Ia nampak masih setia dengan bantal, guling, dan selimutnya
yang begitu nyaman baginya.
“Oppa
ireona. Apa kau tidak merasakan silaunya sinar matahari, huh?” omel Ji Hye saat
berusaha membangunkan kakak laki-lakinya.
“Ah
kau mengganggu saja, Hye-ah” balas Minhyun dengan tetap menutup seluruh
tubuhnya dengan selimut.
“Oppa,
kau mau dimarahi eomma dan appa, huh? Mereka bahkan sudah menunggu diruang
makan” ucap Ji Hye.
“Arraseo
arraseo. Aku akan mandi sekarang” ucap Minhyun dengan turun dari bednya dengan
mata setengah tertutup.
“Dimana
oppamu, Hye-ah?” tanya Hyun Hyo saat melihat putri bungsunya menghampiri
dirinya dan Donghae yang ada diruang makan.
“Masih
mandi, eomma. Mungkin sebentar lagi dia akan menyusul kemari” balas Ji Hye
dengan menarik sebuah kursi yang berada tepat disamping Hyun Hyo.
Lee
Hyun Hyo. Yeoja yang memang sudah bermarga Lee sejak 20 tahun itu kini memang
sudah berusia 46 tahun. Namun bukannya semakin terlihat tua, yeoja itu justru
masih terlihat cantik seperti dulu. Tak berbeda jauh dengan istrinya, Donghae
pun juga terlihat masih tampan seperti dulu dan hanya beberapa perubahan kecil
diwajahnya.
“Selamat
pagi” sapa Minhyun yang sudah terlihat rapi dengan mengenakan Sweater berwarna hitam miliknya.
“Hari
ini kau tidak ada jam kuliah, kan?”
“Aniya,
appa”
“Hari
ini eomma dan appa mungkin akan pulang sedikit lebih lama karena jam praktek
kami akan ditambah. Kau dirumah dan jaga baik-baik adikmu” ucap Donghae.
“Nde,
appa”
Malam
telah tiba. Angin pun terus berhembus dengan kencangnya dan menabrak kulit
siapapun yang ada didepannya. Termasuk juga yeoja paruh baya yang masih saja
terlihat cantik dimasa mudanya, Lee Hyun Hyo. Yeoja itu kini terlihat sedang
mondar-mandir didepan rumahnya menunggu kepulangan putra sulungnya.
“Minhyun
belum kembali?” tanya suaminya, Donghae.
“Belum,
Oppa. Aku khawatir padanya. Dia tidak pernah pulang selarut ini saat keluar
rumah” ucap Hyun Hyo dengan menoleh ke arah jam besar dirumahnya yang
menunjukkan pukul 11 malam.
“Mungkin
sebentar lagi ia kembali. Masuklah. Udara sangat dingin” Hyun Hyo mengangguk.
Sama
halnya dengan ibunya, Ji Hye juga tengah khawatir pada kakak laki-lakinya. Tadi
siang kakak laki-lakinya itu memang hanya mengatakan akan keluar rumah sebentar
saja. Namun kenyataannya hingga malam tiba, Minhyun belum juga kembali dari
kepergiannya.
‘Kemana
Minhyun oppa? Aku tidak tega melihat eomma khawatir seperti itu’ ucapnya dalam
hati seraya menatap ibunya yang sedari tadi belum bisa tenang.
Setelah
hampir 30 menit menunggu, akhirnya knop pintu rumah itu terbuka dan sosok
Minhyun pun telah kembali. Aneh. Tatanan rambutnya berantakan dan kedua matanya
nampak sangat sembab. Baju yang dikenakan namja tampan itupun juga terlihat
sudah kotor. Hyun Hyo yang melihat itu
lantas menghampiri anak laki-lakinya itu.
“Darimana
saja kau, heum? Kau membuat eomma, appa dan yeodongsaengmu sangat khawatir.
Lalu ada apa denganmu?” tanya Hyun Hyo dengan mengusap surai hitam milik
Minhyun.
“Eomma
tidak perlu tahu aku darimana” balasnya dengan tatapan kosong. Hyun Hyo hanya
terdiam.
“Minhyun,
jawab pertanyaan eommamu. Dia terus khawatir padamu. Kau tidak kasihan
dengannya?” sahut Donghae.
“Diam!!”
semua orang lantas terkejut saat mendengar Minhyun yang tiba-tiba saja
membentak Donghae.
“Minhyun!
Jangan kasar pada appa” ucap Hyun Hyo.
“Dia
bukan appaku” ucap Minyun dengan menunjuk kearah Donghae.
“Dan
margaku Kim bukan Lee” tambahnya. Anak muda itu lantas meninggalkan tempat
dimana seluruh keluarganya berkumpul.
Donghae
yang mendengar penuturan dari Minhyun memang merasakan sesuatu yang sakit
didalam hatinya. Ia memang tahu bahwa ia bukanlah ayah kandung dari Minhyun.
“Oppa,
maafkan perlakuan Minhyun. Aku akan bicara padanya” ucap Hyun Hyo.
“Hajima.
Perkataannya itu memang benar” balas Donghae dengan sebuah senyuman dibibirnya.
“Memang,
Oppa. Tapi dia keterlaluan” tanpa pikir panjang, Hyun hyo langsung menuju
kekamar anak sulungnya itu.
Entah
apa yang meracuni otak Minhyun malam ini sehingga ia berani membentak Donghae.
Sepulang dari kepergiannya, namja itu memang terlihat sedang kacau. Berbagai
spekulasi mengenai asal usul dirinya seakan sudah mengotori otaknya. Kini ia
hanya bisa menangis dengan menatap foto Yesung yang ia simpan dilaci meja
kamarnya.
“Minhyun?”
Minhyun segera meletakkan foto itu dimejanya saat mendengar suara yeoja yang
begitu ia kenal.
“Kau
rindu appamu?” Minhyun terdiam dan menundukkan kepalanya. Dengan menghela napas
panjang, Hyun Hyo pun mulai mengambil tempat tepat disamping putranya bersama
Yesung itu.
“Apa
kau sadar apa yang kau ucapkan tadi pada appamu?” tanya Hyun Hyo.
“Dia
bukan appaku. Appaku hanyalah Yesung appa, Eomma” balas Minhyun dengan bangkit
dari tempat duduknya.
“Eomma
tahu appamu itu bernama Kim Yesung bukan Lee Donghae. Tapi sekarang berpikirlah
jernih, Minhyun. Donghae appa itu nampyeon eomma. Dan apa kau lupa siapa yang
menyayangimu seperti anaknya sendiri setelah appamu pergi? Nuguya? Donghae
appa, kan?”
“Bahkan
appamu sendiri yang menyuruh eomma untuk menikah dengan Donghae appa dan
meminta untuk menggantikan posisinya sebagai nampyeon eomma dan sebagai appamu.
Jika kau berbuat seperti ini pada Donghae appa, eomma sangat yakin Yesung appa
pasti akan marah padamu” Minhyun terus saja terdiam dengan mengalihkan
pandangannya.
“Yesung
appa hanya ingin melihatmu bahagia dengan tidak merasa kekurangan kasih sayang
orangtua yang lengkap. Apa kau ingin mengecewakan appamu, huh?” air mata
Minhyun perlahan mulai turun akibat dari perkataan ibunya.
“Jujur
eomma sangat kecewa padamu” ucap Hyun Hyo dengan berniat segera meninggalkan
anaknya sendirian.
Suasana
musim semi sudah mulai terasa. Hembusan angin yang masih sejuk seakan menjadi
pembuka pada hari ini. Mataharipun terlihat masih malu-malu untuk memancarkan
sinarnya ke bumi. Burung-burung kecil yang hinggap diranting-ranting pepohonan
terlihat tengah asyik membunyikan suara mereka yang merdu untuk menyambut
datangnya musim semi dipertengahan Maret ini.
Keceriaan
burung-burung itu sedikit berbeda dengan apa yang terjadi dirumah mewah milik
Hyun Hyo dan Donghae ini. Suasana disana nampak sangat dingin setelah kejadian
memilukan yang dilakukan oleh Minhyun semalam. Minhyun yang menjadi tersangka
utama dalam kasus dirumah itu belum juga terlihat keluar dari kamarnya.
Suasana
yang sedikit hangat diruang makan lantas berubah menjadi sunyi senyap saat
seorang namja yang turun dari lantai 2 dengan mengenakan sebuah t-shirt
berwarna putih dan celana jeans menghampiri Hyun Hyo, Donghae, dan Ji Hye. Ya.
Dialah Minhyun. Dengan kepala yang terus menunduk, ia memberanikan dirinya
untuk berjalan mendekati keluarganya.
“Eomma,
mianhaeyo” ucapnya.
“Eomma
tidak butuh kata maafmu. Yang membutuhkannya itu Donghae appa” Donghae dan Ji
Hye lantas menoleh kearah Hyun Hyo yang kedua matanya masih fokus ke gelas air
minumnya. Sedangkan Minhyun masih terdiam ditempatnya dengan sesekali mencuri
pandangannya kearah ibunya.
Akhirnya
Minhyun dengan perasaan bersalah mulai berani mendekati Donghae yang duduk
tepat menghadap kearahnya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera berjongkok
didepan Donghae.
“Mianhaeyo,
Appa. Aku memang tidak pantas berkata seperti semalam. Aku tidak menghormatimu
sebagai appaku meski hanya appa tiriku. Aku tidak menghargaimu sebagai seseorang
yang rela menggantikan posisi Yesung appa dalam kehidupanku dan juga kehidupan
eomma. Jika tidak ada kau, pasti aku akan merasa kekurangan kasih sayang
seorang appa dalam hidupku” Donghae hanya terus terdiam dengan mendengarkan
setiap kata yang keluar dari mulut anak tirinya itu.
“Bangunlah,
Mihyun-ie” ucap Donghae dengan menopang tubuh Minhyun.
“Kau
tidak perlu sampai seperti ini. Appa memahami apa yang kau lakukan karena
memang appa hanya meneruskan kewajiban appa kandungmu. Appa tidak pernah merasa
marah bahkan benci padamu. Appa bisa memaklumi apa saja yang terjadi padamu
jika menyangkut masalah ini. Tapi yang perlu kau ingat adalah jika kau
merindukan appamu, kau boleh memeluk appa selama yang kau mau” Minhyun
mengangguk pelan.
“Gamsahamnida,
Appa” Donghae pun lantas mendekap Minhyun.
“Lantas,
darimana saja kau kemarin?” sahut Hyun Hyo. Kedua namja itupun segera
melepaskan dekapan mereka.
“Dari
makam appa” balas Minhyun dengan suara yang ia minimalkan. Hyun Hyo sedikit
tertegun setelah mendapatkan jawaban dari putranya.
“Aku
merindukannya, Eomma. Jadi aku pergi kesana” tambahnya.
Perlahan
Minhyun mulai mendekati ibunya yang saat itu masih terdiam ditempat duduknya
dengan menundukkan kepalanya. Ia pun segera mendekap ibunya dari belakang dan menopangkan
dagunya dibahu kiri Hyun Hyo seakan ingin menyalurkan kekuatannya begitu
melihatnya menangis.
“Eomma
uljima” Hyun Hyo lantas menghela napasnya berat. Bukan hanya Minhyun yang
menyalurkan kekuatannya untuk Hyun Hyo. Donghae dan Ji Hye pun melakukan hal
serupa berupa sebuah genggaman dikedua tangan Hyun Hyo.
“Oppa,
nanti bisakah kita ke makam Yesung oppa? Sebentar saja” Donghae mengangguk.
Matahari
terlihat lebih redup daripada tadi siang dan menandakan bahwa sore hari telah
tiba. Sebuah keluarga yang beranggotakan 4 orang kini terlihat tengah berdiri
menatap sendu kearah batu nisan yang bertuliskan nama “Kim Yesung” diatasnya.
Hyun Hyo perlahan menurunkan tubuhnya untuk sekedar mengusap nisan itu yang
memang sudah sedikit kusam karena memang nisan itu sudah ada disana sejak 20
tahun lalu.
“Sudah
20 tahun kau pergi, Oppa. Putramu sudah besar sekarang. Apa kau melihatnya? Dan
apa kau tahu? Bahkan kau juga memiliki anak tiri yang sangat cantik bernama Ji
Hye” Hyun Hyo menghentikan ucapannya sejenak.
“Donghae
oppa sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, Oppa. Keputusanmu benar jika
kau memintanya untuk menggantikan posisimu dalam kehidupan kami. Sekarang
tenanglah disana tanpa harus memikirkan kami semua disini. Saranghaeyo”
timpalnya dengan mengecup sekilas nisan itu.
“Nado saranghaeyo, Shin Hyun Hyo”
~The End~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar